Seistimewa
apa seorang perempuan?. Bagiku karena perempuanadalah seorang ibu. Yang dalam
riwayat disebutkan kedudukannya menjadi terdepan tiga kali dari seorang
laki-laki. Kita sendiri tahu, bahwa seorang sahabat pernah bertanya kepada
Rasulullah SAW perihal ini. Dia berkata “Ya Rasulullah siapa didunia ini yang
paling harus aku patuhi? Rasul menjawab “Ibumu”, kemudian sahabat kembali
bertanya “Kemudian siapa ya Rasulullah?”, Rasul kembali menjawab “Ibumu”. Tak puas
sampai disitu sahabat kembali menanyakan hal serupa dan Rasulpun menjawab “Ibumu
kemudian ayahmu”. Dari peristiwa dfi atas kita faham bukan seistimewa apa
seorang ibu dalam perspektif islam dan dia terlahir dari seorang perempuan , sebagai
perempuan tapi tak selamanya melahirkan perempuan.
Hari
ini aku semakin yakin bahwa seorang perempuan sebagai ibu menjadi sangat
istimewa. Seperti sebuah kekuatan yang dengan sendirinya membawa naluri setiap
insan untuk memanggilnya. Keyakina yang bukan aku lihat secara langsung dari
ibuku. Dia tiada satu tahu silam dan kini aku merindunya, semakin merindukannya.
Aku melihat itu dari seorang ibu yang melahirkan ibuku, ya… nenekku. Dia jatuh
sakit setelah sekian lama rona bahagia yang senantiasa terpancar dari sepasang
mata sayunya seakan menghilang perlahan setelah kepergian mama putri yang
dicintainya. Hari ini dia ter baring setelah sepuluh hari lalu terjatuh dari
tempat tidurnya.
Dari
apa yang aku lihat, aku semakin bersyukur dan berterima kasih karena Allah
tidak membiarkan mama mengalami penderitaan sakit yang cukup lama sebelum
akhirnya menghela nafas terakhir di penghujung tahun 2016. Sementara aku tak
tahan melihat nenek melawan sakit teramat pada raganya yang semakin rapuh dan
menua.
Nenek
seketika mengingatkanku pada kondisi dimana aku terbaring dalam sakitku
beberapa minggu lalu. Disadari atau tidak, ada atau tiada yang aku ingat ketika
sakit itu selain Allah adalah mamah. Nama pertama yang aku panggil juga mama. Sekalipun
aku tahu dan sadar bahwa beliau tak akan melakukan apapun lagi saat itu, dia
mungkin melihat tapi melakukan sesuatu untuk membuatku kembali bersemangat
ketika terbaring adalah sebuah ketidak mungkinya yang sangat jelas dan nyata. Dan
itulah keistimewaan seorang ibu bagiku. Disadar atau tidak, ada atau tiada
raganya. Naluri membawaku pada ingatan tentangnya.
Serupa
aku, nenek pun melakukan hal yang sama ketika sakit semakin mendera tubuh yang tampak
pucat pasi itu. Dia menyeru ibunya, memohon ampun kepada Allah dan mungkin
harapan terbesarnya saat ini adalah ia ingin kembali menjadi ia buluhan tahun
silam. Yang ketika sakit diperlakukan sangat baik oleh ibunya. Yang ketika
sakit memperoleh carge energi yang membuatnya kembali bersemangat melanjutkan
hidup, yang ketika sakit mendengar kalimat-kalimat yang mennguatkan raganya,
yang ketika sakit dipenuhi segala keinginan dan kebutuhan fisik serta
mentalnya.
Setua apapun
ia saat ini, tak peduli berapa perempuan
dan laki-laki yang terlahir dari rahimnya, sebanyak apa pengalaman hidup yang
ia dapat dan akhirnya mendewasakan. Dia tetap seorang anak yang terlahir dari
rahim ibunya. Ia seorang ibu yang juga terlahir dari seorang ibu. Ddai tetap
seorang anak yang menjadi ibu hebat karena seorang ibu. Karena seorang ibu,
dari ibu, dan menjadi ibu, begitu seterusnya. Sungguh kuasa Allah membuat
perempuan sebagai ibu menjadi topik yang menakjubkan.
No comments:
Post a Comment