Wednesday, April 29, 2020
Seandainya Jadi Dia Apa Aku Bisa?
Jangan Tiru Trik Bangunin Sahur Ini !
Memasuki hari ke lima ramadhan, selain euforia berbuka dan ngabuburit keseruan juga dihadirkan ketika sahur tiba. Mulai dari yang parnoan takut kesiangan sampe yang susah dibangunin sahur banyak menghadirkan kisah-kisah menarik.
Bangunin sahur itu memang perlu trik dan kerja agak keras. Mengingat jam sahur adalah saat dimana orang sedang enak-enaknya tidur sambil selimutan.
Terkadang bangunin orang sahur hanya dengan memanggil dan meminta bangun agak sulit membuahkan hasil.
Dulu, jauh sebelum menikah saya sempat tinggal bersama kakak dan keponakan-keponakan. Bangunin ponakan saat sahur jadi tugas yang memang kadang bikin banyak ngelus dada saking susahnya mereka bangun. Sampe akhirnya nemu trik bangunin sahur yang nggak perlu waktu lama auto bikin mereka langsung sadar :)
Entah terlalu ekstrim atau nggak trik ini. Saya malas berteriak untuk membangunkan mereka, akhirnya saya lakukan dengan cara ini. Menutup lubang hidung dan mulut sampai agak kesulitan bernafas.
Cara ini membuat mereka auto angkat badan dan langsung tersadar dari tidurnya. Nggak ada lagi alasan untuk nggak bangun. Dan nggak ada teriakan saya yang terus berusaha membangunkan mereka.
Semoga ini trik yang nggak masuk kategori kriminal ya, hehe....
Sejauh ini Alhamdulillah efektif dan aman terkendali.
#rwcodop2020 #onedayonepost #odopday5 #ramadhan2020
Maklor Pelangi
Ramadhan oh ramadhan, banyak kenikmatan yang nggak didapat di luar bulan penuh kemuliaan ini. Semua momentum yang di lewati setiap hari rasanya istimewa dan selalu dinanti.
Termasuk ketika tiba waktu berbuka.
Apasih menu berbuka yang yang paling kamu suka dan harus ada?.
Kalau aku selalu merasa ada yang kurang seandainya takjil tidak disertai gorengan, "maafkan ya Allah".
Ngomongin soal gorengan ada satu makanan yang nggak pernah bikin saya bosen, si dia adalah martabak telor atau nama kerennya maklor.
Selain enak, bikin nya nggak susah, bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat maklor juga familiar banget.
Cekidot...... Buat tau gimana dan apa saja bahan yang diperlukan untuk membuat "Maklor Pelangi".
Eitsssss....... Kok Maklor Pelangi????
Haha, itu sih saya yang sedikit improvisasi namanya mengingat betapa sukanya mak-mak ini sama maklor yang isinya warna warni dengan sayuran macam kentang, wortel, buncis, daun bawang dan cabe merah.
Bahan-bahan yang di perlukan
- 2 buah wortel ukuran sedang
- 2 buah kentang ukuran sedang
- 5 buah buncis
- 3 siung daun bawang
- 2 buah cabe merah
- 2 butir telur
- 2 siung bawang merah
- 2 siung bawang putih
- kulit lumpia
- minyak goreng
- penyedap rasa, garam dan merica secukupnya
Langkah pertama yang di lakukan untuk mengolahnya adalah dengan memotong semua bahan menjadi bentuk dadu kecil, cabe dan daun bawang menyesuaikan.
Tumis semua sayuran dengan bumbu-bumbunya sesuai selera. Matikan kompor dan masukan 2 butir telur kemudian aduk merata.
Berikutnya isi kulit lumpia dengan sayuran yang telah di tumis, lalu lipat bentuk memanjang atau persegi sesuai selera. Terakhir tinggal goreng dengan api sedang dalam minyak yang telah di panaskan.
Gampang kan??, Selamat mencoba ya.....
#rwcodop2020
#onedayonepost #odopday4 #ramadhan2020
Nabuburit Ala Emak-emak
"Ngalantung ngadagoan burit" merupakan kepanjangan dari istilah dalam Bahasa Sunda yang sangat populer ketika ramadhan tiba. Yaps...... Ngabuburit, pasti tau donk istilah ini???. .
.
Ngabuburit seakan telah menjadi budaya masyarakat Indonesia saat ramadhan tiba. Aktifitas yang di lakukan ketika menunggu waktu berbuka ini tidak melulu aktifitas yang berbau agamis. Mulai dari berburu kudapan berbuka, menonton acara televisi, membaca buku, berkumpul dengan teman atau sekedar bermain di halaman rumah bagi anak-anak. Terkait ngabuburit setiap orang memiliki cara berbeda untuk memaknai itu dengan berbagai aktifitas.
Lah..... Saya sendiri ngapain kalo ngabuburit???.
Dari dulu saya bukan bagian dari yang membudayakan aktifitas ngabuburit. Kalau saja sempat saya ke luar dengan teman-teman, sesekali saya pergi berburu takjil, selebihnya saya melakukan aktifitas yang sudah biasa di lakukan di luar bulan ramadhan.
Nah sekarang, setelah berstatus sebagai ibu rumah tangga, ngabuburit saya layaknya ibu rumah tangga yang lain. Di sebuah ruang dengan perkakas khasnya. Melalukan dengan hati, mempersiapkan makanan untuk berbuka puasa.
Itu juga ngabuburit kan?, mengingat memasak memerlukan waktu yang tidak sebentar. Dan itulah pengalaman ngabuburit saya memasuki hari ke dua ramadhan, sepertinya akan begitu hingga satu bulan ke depan. Bolehlah sesekali berbuka puasa di luar rumah, tapi rasanya tidak untuk ramadhan di tengah pandemi seperti tahun ini. Jadi nikmatilah ngabuburit dengan tagar #dirumahaja.
Ramadhan Tempo Doeloe "Aku Rindu" .
Banyak orang bilang, jangan lagi lihat masa lalumu, nanti kamu sulit melihat masa depan yang menawarkan banyak kesempatan baik. Mungkin iya begitu, tapi dalam konteks lain ada masa lalu yang darinya kita belajar banyak hal baik pula.
Masa lalu dengan ragam kisah sederhana yang kini selalu mengundang rindu. Rindu pada banyak hal, termasuk peristiwa dan sosok-sosok di dalamnya.
Layaknya kini, saat ramadhan yang melukis kembali kerinduan pada ramadhan di masa lalu. Ketika jiwa ini belum memunculkan sisinya yang mendewasa, ketika ego masih menjadi yang terdepan, dan ketika masalah terbesar diri, hanya terletak pada bagaimana memecahkan soal matematika kelas 4 SD.
Ramadhan yang memberi kesan mendalam. Ketika waktu berbuka diisi aktifitas ngabuburit ala pedesaan dengan keliling kampung naik delman. Ketika waktu tarawih menjadi momentum paling dinanti untuk berbondong-bondong mencari shaf paling belakang, agar dapat menyimpan kwaci di bawah sejadah, dinikmati di sela-sela bertarawih (ah... keterlaluan sekali, tapi masa kecil seperti itu yang sulit hilang dari ingatan).
Dan yang paling dirindukan adalah ketika tak lagi ku dengar orang-orang berkeliling kampung untuk membangunkan sahur sebagaimana dulu itu menjadi kekhasan ramadhan kami.
Aku benar-benar merindukan saat-saat itu. Terlebih ketika kini harus berlapang dada melakukan ibadah tarawih sendiri di rumah karena soscial distancing setelah wabah yang menyerang negara api "Eh... Dunia maksudnya".
Yang jelas, sulit dijelaskan sebesar apa kerinduan yang kini terasa. Ingin kembali tapi bukan hal mudah dan nyaris tidak mungkin. Sayangnya aku tak punya mesin waktu untuk kembali ke sana dan menikmati ramadhan kala itu.
Pada masa lalu, hanya ingin ku sampaikan "Aku Rindu"
#rwcodop2020 #onedayonepost #RWCDAY2 #Ramadhan2020
Karena Iklan Khas Ramadhan
#rwcodop2020 #onedayonepost
#rwcday1 #ramadhan2020
Tuesday, April 21, 2020
Emansipasi Versi Kartini dan Kini
kesetaraan menjadi penting. Mengingat kala itu, perempuan benar-benar memiliki derajat jauh di bawah laki-laki. Tidak memiliki hak menentukan pilihan bahkan dalam memilih pasangan hidupnya sendiri. Perempuan pada masa itu juga tidak diperkenankan menempuh pendidikan yang tinggi.
R.A Kartini merasa perlu menyuarakan pikirannya dengan melakukan hal-hal yang memungkinkan untuk merubah kedaan kala itu. Salah satu upayanya adalah mendirikan sekolah perempuan pertama dengan kesadaran bahwa pendidikan dalam hal ini adalah sebuah langkah awal.
kerja kerasnya berbuah manis bahkan hingga ia hanya hadir sebagai sebuah nama besar yang disandangnya "Pahlawan emansipasi".
benar-benar perwujudan dari sebuah perjuangan yang di lakukan Kartini?. Benarkah yang ia lihat hari ini adalah apa yang ia inginkan atas perjuangannya?.
Emansipasi semakin menunjukkan pergeseran makna. Bahkan untuk fenomena yang banyak terjadi belakangan pada kaum perempuan. Sesuatu yang tidak harus mati-matian dilakukan perempuan, tidak pantas dan mencederai harga diri seorang perempuan seakan dilindungi oleh "emansipasi wanita".
Apa sebenarnya makna emansipasi?. Benarkah itu adalah sebuah istilah untuk melindungi sebuah ketidak pantasan?.
Jelas tidak, Emansipasi adala kesetaraan hak, bukan upaya mengeluarkan perempuan dari qadrat yang sesungguhnya.
Emansipasi versi Kartini harus tetap sama dengan apa yang kini terjadi. Jangan membiarkan emansipasi hanya sebagai alibi untuk melindungi diri.
Monday, April 20, 2020
Saat Atret Bukan Tentang Apa
Picture from: infomenarikaza.blogspot.com |
Wednesday, April 15, 2020
Asik Nulis Lupa Baca
Pinterest.com |
Tuesday, April 14, 2020
Perihal Jodoh yang Belum Kunjung Datang
Pic: Restorasidaily.com |
Tikus-Tikus Rumah, dan WFH
Picture from Pinterest |
Friday, April 10, 2020
Kekuatan Kalimat Mama
Arsip Pribadi |
Bagi kita yang tidak terlahir dari keluarga dengan kemampuan menjamin serta memfasilitasi segala jenis kebutuhan mulai dari primer, sekunder hingga tersier, tentu untuk memenuhi apa yang kita inginkan menjadi sesuatu yang tidak cukup mudah. Dengan kata lain kita perlu usaha lebih keras dari mereka yang telah terjamin segala bentuk kebutuhan tersebut.
Seperti
hal nya dalam hak memperoleh pendidikan setingi-tingginya. Jika mereka terlahir dari keluarga yang dikatakan kaya, mungkin akan lebih mudah untuk mewujudkan keinginan melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Bagi yang tidak seberuntung itu,
dengan kata lain terlahir dari keluarga kurang mampu tentu kita harus lebih
keras memutar otak bagaimana agar terpenuhi keinginan tersebut. Contoh nya
mencari beasiswa atau justru dengan berat hati harus menunda.
Saya
tidak sedang membahas siapa yang beruntung atau tidak dalam hal ini. Justru saya akan berusaha mengenyampingkan fakta tersebut,
karena hakikatnya terlahir dari keluarga seperti apapun semua berkesempatan
memperoleh pendidikan hingga jenjang yang paling tinggi sekali pun.
“Tapi
kan sekolah butuh biayabesar?”
“Beasiswa?,
emang gampang dapet beasiswa?”
Fakta
itu juga benar adanya, biaya pendidikan yang terbilang mahal serta tidak
mudahnya seseorang memperoleh beasiswa tentu menjadi tantangan tersendiri. Tidak
hanya itu, fakta ini juga membangun ketakutan individu untuk bermimpi dan
berharap meraih apa yang dicita-citakan.
Terlepas
dari itu semua, dari apa yang pernah terjadi dan saya alami dalam proses
menempuh perjalanan memperoleh pendidikan. Saya berfikir bahwa kita hanya perlu
memiliki lingkungan yang tepat, positif serta penuh optimisme.
Sejak
pengumuman kelulusan SMA, yang saya fikirkan adalah tentang bagaimana menjalani
kehidupan setelahnya. Setelah tahu bahwa saya tidak lulus SNMPTN, belum
berkesempatan memperoleh beasiswa untuk melanjutkan sekolah ke jenjang
berikutnya. Dan sudah pasti dengan berat hati menunda keinginan untuk kuliah di
tahun tersebut.
Mama
yang kala itu sudah hampir 6 tahun menjalani hidup sebagai orang tua tunggal bagi ke lima putrinya. Sudah sejak
awal bahkan jauh sebelum saya lulus SMA, dia selalu mengatakan bahwa tidak akan
menanggung biaya kuliah dan akan sepenuhnya menyerahkan tanggung jawab tersebut
pada saya secara pribadi. Dan hal itu selalu ia ungkapkan kepada seluruh
anak-anaknya, tidak hanya saya.
Kami
amat sangat mengerti dan tidak satu pun merasa tersakiti dengan pernyataan mama
terkait ketidak mampuannya menyekolahkan kami ke jenjang yang lebih tinggi. Mengapa
demikian?, itu karena mama hidup sebagai pribadi yang positif dan penuh
optimisme, selalu yakin bahwa anak-anaknya mampu mengenyam pendidikan layaknya
mereka yang secara finansial mampu melakukan itu. Dan beruntungnya kami, sikap
positif dan optimisme tersebut mampu ia tularkan dengan caranya sendiri.
Menghujani
kami dengan kalimat-kalimat positif, membangun optimisme yang menyelamatkan
kami dari kelemahan berfikir yang beresiko menjatuhkan kepercayaan diri dalam
meraih mimpi.
Benar,
jika secara finansial mama tidak menjamin pendidikan kami. Tapi mama berhasil membangun lingungan yang
baik dalam keluarga, membangun sikap positif dan optimis bahwa kami mampu
membiayai pendidikan secara mandiri hingga sampai pada titik yang menjadi
harapan terbesar mama terhadap kami ke liman putrinya.
Kekuatan
dukungan moril berupa kalimat – kalimat positif
yang membangun memang terdengar sepele, bahkan mungkin bagi sebagian individu
hal tersebut tidak memberi begitu banyak pengaruh signifikan bagi kehidupa
seseorang. Tapi mama melakukanny dan membuktikan bahwa hal sekecil itu mampu
membawa anak-anaknya pada sebuah kepercayaan diri meraih apa yang menjadi mimpi
besar kami.
Bahkan
hingga hari ini, setelah beliau tiada sekitar 3 tahun yang lalu, saya masih
selalu ingat seperti apa kalimat-kalimat positif yang sering ia ucapkan. Sebesar
apa kalimat itu memberi pengaruh positif hingga saya dan kakak-kakak
menyelesaikan pendidikan kami. Dan itu pula yang kemudian menjadi kekuatan
terbesar saya untuk bisa kembali berjuang melanjutkan pendidikan pada jenjang berikutnya.
Doakan, saya masih
memiliki harapan serta mimpi besar untuk
melanjutkan S2, berbekal kalimat-kalimat positif dari mama yang selalu
terngiang semoga saya bisa mewujudkannya. Aamin….
Thursday, April 9, 2020
Hati-Hati Mengubah Kuota Edukasi ke Flash!!
Pic Froml : lamgalleryla.com
Sudah dapat
kuota edukasi 30 Gb bagi kamu pengguna Indosat?. Saya dapat dan alhasil tidak
bisa digunakan selain untuk membuka aplikasi belajar online seperti ruang guru
dan kawan-kawannya. “Yah, sayang sekali punya kuota 30 Gb tapi nggak bisa
digunakan untuk mengakses aplikasi di luar aplikasi belajar online”.
Nah…..
baru-baru ini banyak artikel dan video tutorial untuk mengubah kuota edukasi
menjadi kuota reguler agar dapat digunakan untuk mengakses Google, Facebook, Youtube
dan sosial media lainnya. Lalu tiba-tiba jiwa missquaya saya meronta mendengar
kabar tersebut, mengingat saya juga punya kuota edukasi 30 Gb dari indosat.
Jadi,
ceritanya tadi sore saya praktekin tuh tutorial mengubah kuota edukasi menjadi
kuota reguler. Dari proses yang dilalaui saya cukup teryakinkan bahwa cara itu
akan berhasil membuat kuota edukasi nggak jadi mubazir.
Setelah restart android akhirnya saya bisa akses semua sosial media padahal kuota utama sudah habis. Seneng donk…..dalam hati “Wah… aman nih, nggak perlu beli kuota”, secara buat aku 30Gb itu terbilang banyak dan menjamin kebebasan berselancar di dunia maya selama satu bulan ke depan.
Setelah
berinternet ria selama hampir 20 menit, tiba-tiba saya merasa perlu cek
aplikasi MyIm3 untuk tahu apakah kuota edukasi berkurang setelah dalam 20 menit
sebelumnya saya gunakan. Ternyata eh ternyata kuota edukasi masih tetap di
angka 30 Gb tanpa berkurang sedikit pun.
Sampai
sini saya mulai curiga, “Kok bisa nggak berkurang?”. Bukanya proses yang
sebelumnya saya lakukan hanya mengubah jenis kuota, dengan begitu jumlah kuota
akan tetap berkurang jika digunakan. “Lah, bahaya nih, dari mana kuotanya kalau
bukan dari kouta edukasi tadi?’’. Akhirnya saya coba search tentang apa yang
baru saja di lakukan, termasuk tentang aplikasi bernama psiphon pro yang digunakan, manfaat serta keamanannya.
Ternyata
aplikasi tersebut merupan Aplikasi VPN (Virtual
Private Network) dimana dia berfungsi salah satunya sebagai koneksi untuk mengakses
situs yang di blokir oleh pemerintah, seperti
saat pemilu 2019 lalu saat pemerintah membatasi penggunaan beberapa sosial
media, dengan VPN ini beberapa orang tetap bisa mengaksesnya.
Fungsi
yang lain dari PVN bisa juga untuk memperoleh koneksi internet gratis yang saya
sendiri sebagai orang awam nggak tau dari mana asal koneksi internet tersebut. Yang
jelas setelah saya mencoba menggunakan aplikasi Psiphon pro kuota 30Gb yang dimaksud tidak berkurang jumlahnya
meskipun telah digunakan selama sekitar 20 menit lamanya.
Sampai
disini saya merasa ada yang nggak beres,
kita tidak tau dari mana sumber koneksi internet tersebut. Sudah jelas bukan
dari 30Gb kuota edukasi yang coba di rubah menjadi kuota reguler, karena
faktanya kuota tetap tidak berkurang setelah beberapa lama di gunakan.
Lalu dari
mana?, entahlah. Namun secara harfiayah menggunakan koneksi internet gratis dalam
konteks ini berarti kita telah mengambil tanpa izin pihak penyelenggara, itu
artinya secara tidak langsung kita telah mencurinya, haram dan dosa. Disamping
itu masih banyak bahaya-bahaya dari tidak selektifnya memilih VPN gratis yang
kemudian diinstal ke perangkat kita.
Sampai
di akhir saya menulis artikel ini, beberapa saat saya kembali membuka situs
yang membahas terkait “Mengubah kuota
edukasi menjadi kuota reguler”. Yang menarik, pada sebuah situs di jelaskan
bahwa tindakan merubah kuota edukasi ke
flash atau reguler bisa di jerat pasal 362 juncto 30, 32 Undang-Undang (UU)
Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE).
Jadi
sampai sini jelaskan?, bahwa cukup beresiko mengubah kuota edukasi keflash atau
reguler. disamping itu berat pula pertanggung jawabannya kelak.
Wednesday, April 8, 2020
Kenapa Aku Disalahkan?
“Waalaikumsalam, Apa-apaan kamu Rin?, jangan dulu menghampiriku”, denga langkah sigap dia menghindari ku, bahkan dia tidakmengindahkan saat aku mengulurkan tangan hendak menyalaminya. “Kamu belum mandi Rin, belum mencuci seluruh pakaianmu dan benar-benar menjamin kalau kamu nggak bawa virus ke rumah ini”, tambahnya.
Monday, April 6, 2020
Pic From Pinterest |
Teman Melankolis
Pic from Pinterest |
Friday, April 3, 2020
Ingin Jadi Penulis Tapi Nggak Pernah Nulis?
Pic from Pinterest |
Thursday, April 2, 2020
Stigma Pandemi
Picture from Pinterest |