Pinterest.com |
Bagi
mereka yang suka bermain dengan kata-kata, merangkainya menjadi kalimat
bermakna dan enak dibaca, menulis tentu menjadi sesuatu yang menyenangkan.
Seperti hal nya saya, walaupun sangat perlu proses panjang untuk menyadari
bahwa menulis adalah aktivitas
menyenangkan, tapi disadari atau tidak saya sudah semakin terbiasa dengan itu.
Gampang
nggak sih nulis???, nggak saya bilang gampang karena memang proses nulis nggak
se instan makan mie. Tapi juga nggak mau
bilang kalau nulis itu susah, karena saya sedang mencoba mendisiplinkan setiap
kata yang diucapkan hanya untuk sesuatu bermakna positif. Intinya bagi saya,
nulis itu punya sisi yang membuat diri merasa istimewa memiliki kemampuan itu.
Kenapa?,
apa istimewanya?.
Istimewanya kita
akan berusaha untuk tau banyak hal. Dengan menulis, kebutuhan meng upgrade diri
menjadi sesuatu yang teramat penting. Membaca adalah sebuah keharusan bahkan dalam hal ini menjadi
kewajiban. Tanpa membaca tentu akan
semakin tidak mudah untuk menulis,
karena salah satu keuntungan lain yang di dapat dari membaca adalah menabung lebih
banyak kosa kata, dan tentu saja akan
sangat membantu proses menulis yang dilakukan.
Saya pernah
membuktikan terkait itu tanpa di sengaja. Satu ketika ambisi untuk menjadi
penulis produktif meningkat, dalam benak saya adalah tentang bagaimana
menghasilkan tulisan sebanyak-banyaknya. Prinsipnya nulis dulu aja, soal hasil
belakangan.
Dan….. eng…. Ing….eng…….
yang terjadi adalah, saya asik nulis lupa baca. Kenpa demikian?, karena belum
menyadari bahwa menulis dan membaca adalah satu kesatuan, seperti pasangan tak
terpisahkan. Seorang bisa saja menjadi pembaca tanpa menulis, tapi dia tidak
akan pernah bisa menulis tanpa membaca. Bahkan ketika kamu tetap berusaha
menulis tanpa membaca, pengalaman yang akan ditemukan adalah “Writers’ Block”,
satu kondisi dimana seorang penulis kesulitan menuangkan ide dangagasan
ke dalam tulisan.
Kalaupun tetap
bisa menuangkan gagasan dalam bentuk tulisan, keasikan nulis lupa baca berdampak juga pada kualitas
tulisan yang dihasilkan. Sama halnya dengan yang pernah saya alami ketika
membaca ulang tulisan yang terlalu dipaksakan. Hasilnya benar-benar menyedihkan
dan tidak enak di baca, mubazir nggak tuh?.
Bukan berarti
tulisan ini berkualitas dan enak di baca ya J,
saya masih dalam proses mempelajari semua
hal terkait kepenulisan. Setidaknya saya pernah mengalami bagaimana
menyedihkannya menulis tanpa diiringi konsistensi membaca. Perlu kita ingat
juga bahwa membaca tidak melulu melalui media buku. Di era yang serba digital
ini, kita akan dengan mudah menemukan apa yang memungkinkan untuk di baca
melalui media digital.
ada recomend buku bacaan yang hive teh widya :) ?
ReplyDeleteEng ING eng... Saya juga dulu begitu ðŸ¤
ReplyDelete