Arsip Pribadi |
Bagi kita yang tidak terlahir dari keluarga dengan kemampuan menjamin serta memfasilitasi segala jenis kebutuhan mulai dari primer, sekunder hingga tersier, tentu untuk memenuhi apa yang kita inginkan menjadi sesuatu yang tidak cukup mudah. Dengan kata lain kita perlu usaha lebih keras dari mereka yang telah terjamin segala bentuk kebutuhan tersebut.
Seperti
hal nya dalam hak memperoleh pendidikan setingi-tingginya. Jika mereka terlahir dari keluarga yang dikatakan kaya, mungkin akan lebih mudah untuk mewujudkan keinginan melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Bagi yang tidak seberuntung itu,
dengan kata lain terlahir dari keluarga kurang mampu tentu kita harus lebih
keras memutar otak bagaimana agar terpenuhi keinginan tersebut. Contoh nya
mencari beasiswa atau justru dengan berat hati harus menunda.
Saya
tidak sedang membahas siapa yang beruntung atau tidak dalam hal ini. Justru saya akan berusaha mengenyampingkan fakta tersebut,
karena hakikatnya terlahir dari keluarga seperti apapun semua berkesempatan
memperoleh pendidikan hingga jenjang yang paling tinggi sekali pun.
“Tapi
kan sekolah butuh biayabesar?”
“Beasiswa?,
emang gampang dapet beasiswa?”
Fakta
itu juga benar adanya, biaya pendidikan yang terbilang mahal serta tidak
mudahnya seseorang memperoleh beasiswa tentu menjadi tantangan tersendiri. Tidak
hanya itu, fakta ini juga membangun ketakutan individu untuk bermimpi dan
berharap meraih apa yang dicita-citakan.
Terlepas
dari itu semua, dari apa yang pernah terjadi dan saya alami dalam proses
menempuh perjalanan memperoleh pendidikan. Saya berfikir bahwa kita hanya perlu
memiliki lingkungan yang tepat, positif serta penuh optimisme.
Sejak
pengumuman kelulusan SMA, yang saya fikirkan adalah tentang bagaimana menjalani
kehidupan setelahnya. Setelah tahu bahwa saya tidak lulus SNMPTN, belum
berkesempatan memperoleh beasiswa untuk melanjutkan sekolah ke jenjang
berikutnya. Dan sudah pasti dengan berat hati menunda keinginan untuk kuliah di
tahun tersebut.
Mama
yang kala itu sudah hampir 6 tahun menjalani hidup sebagai orang tua tunggal bagi ke lima putrinya. Sudah sejak
awal bahkan jauh sebelum saya lulus SMA, dia selalu mengatakan bahwa tidak akan
menanggung biaya kuliah dan akan sepenuhnya menyerahkan tanggung jawab tersebut
pada saya secara pribadi. Dan hal itu selalu ia ungkapkan kepada seluruh
anak-anaknya, tidak hanya saya.
Kami
amat sangat mengerti dan tidak satu pun merasa tersakiti dengan pernyataan mama
terkait ketidak mampuannya menyekolahkan kami ke jenjang yang lebih tinggi. Mengapa
demikian?, itu karena mama hidup sebagai pribadi yang positif dan penuh
optimisme, selalu yakin bahwa anak-anaknya mampu mengenyam pendidikan layaknya
mereka yang secara finansial mampu melakukan itu. Dan beruntungnya kami, sikap
positif dan optimisme tersebut mampu ia tularkan dengan caranya sendiri.
Menghujani
kami dengan kalimat-kalimat positif, membangun optimisme yang menyelamatkan
kami dari kelemahan berfikir yang beresiko menjatuhkan kepercayaan diri dalam
meraih mimpi.
Benar,
jika secara finansial mama tidak menjamin pendidikan kami. Tapi mama berhasil membangun lingungan yang
baik dalam keluarga, membangun sikap positif dan optimis bahwa kami mampu
membiayai pendidikan secara mandiri hingga sampai pada titik yang menjadi
harapan terbesar mama terhadap kami ke liman putrinya.
Kekuatan
dukungan moril berupa kalimat – kalimat positif
yang membangun memang terdengar sepele, bahkan mungkin bagi sebagian individu
hal tersebut tidak memberi begitu banyak pengaruh signifikan bagi kehidupa
seseorang. Tapi mama melakukanny dan membuktikan bahwa hal sekecil itu mampu
membawa anak-anaknya pada sebuah kepercayaan diri meraih apa yang menjadi mimpi
besar kami.
Bahkan
hingga hari ini, setelah beliau tiada sekitar 3 tahun yang lalu, saya masih
selalu ingat seperti apa kalimat-kalimat positif yang sering ia ucapkan. Sebesar
apa kalimat itu memberi pengaruh positif hingga saya dan kakak-kakak
menyelesaikan pendidikan kami. Dan itu pula yang kemudian menjadi kekuatan
terbesar saya untuk bisa kembali berjuang melanjutkan pendidikan pada jenjang berikutnya.
Doakan, saya masih
memiliki harapan serta mimpi besar untuk
melanjutkan S2, berbekal kalimat-kalimat positif dari mama yang selalu
terngiang semoga saya bisa mewujudkannya. Aamin….
Aamiin... Alfatihah untuk mama...
ReplyDeletetetap semangat teh widya, doa terbaik untuk Mamah
ReplyDeleteTetap semangat teh widya, semoga harapan dan mimpi teteh bisa tercapai bahkan terlampaui. Aamiin
ReplyDelete