“Mas, dengar aku dulu!”. Sambil berlalu
dan membanting pintu, mas Rama tidak mengindahkan perkataanku.
Perdebatan
kami menyisakan isak yang sudah tak mampu lagi ku tahan. Mengapa suamiku tak
ada bedanya dengan mereka yang selalu berfikir bahwa aku adalah sebuah ancaman.
Hatiku semakin
begejolak, dalam lelah yang belum sempat ku suguhi kelegaan bernafas. Setibanya
aku di tempat yang seharusnya memberi ketenangan, yang ku dapati adalah fakta
sebaliknya. Bahkan ketika aku masih berjalan kaki selepas naik angkutan umum.
Memasuki
gerbang perkampungan di pinggir kota Jakarta, seperti biasa aku berjalan tanpa
lupa menyapa para tentangga yang berpapasan denganku. Hari ini memang tampak
lebih sepi dari biasanya, tapi aku masih mendapati orang-orang yang tetap
beraktifitas setelah anjuran di rumah aja mulai diberlakukan satu minggu belakangan.
Melewati
sekitar 3 rumah dari gerbang perkampungan yang tampak lebih rapi ini, seketika
degup jantungku terasa berhenti sejenak begitu pun langkahku. Terkejut dengan
suara yang samar-samar ku dengar. Seorang wanita paruh baya yang semula sibuk dengan
aktifitas menjemur pakaian, seketika bergegas masuk rumah dan berkata “Duh……
ada virus”.
Tak terasa
mataku sudah digenangi linangan air mata, aku bergegas menuju rumah orang tua suami yang
hampir 2 tahun terakhir kami tempati. Sesampainya di depan rumah, ku dapati pak
Rt keluar dengan pandangan penuh stigma. Sempat menyapa dan melempar senyum
satirenya Pak RT di temani salah satu warga bergegas meninggalkan rumah kami.
Tanpa
fikir panjang aku segera masuk dengan harapan dapat segera melepas lelah
setelah hampir 3 hari tidak pulang. Maklum
pandemic Covid-19 yang kian hari kian merebak mebuat aku dan teman-teman di
rumah sakit harus bekerja ekstra keras, bahkan beberapa tenaga medis nyaris
tumbang karena terlalu lelah bekerja dengan jumlah waktu istirahat yang amat
sanangat terbatas.
Tapi apa
yang kemudian ku dapati?.
“Assalamualaikum,
mas”, menghampiri suamiku yang tertunduk di sofa ruang tamu.
“Waalaikumsalam, Apa-apaan kamu Rin?, jangan dulu menghampiriku”, denga langkah sigap dia menghindari ku, bahkan dia tidakmengindahkan saat aku mengulurkan tangan hendak menyalaminya. “Kamu belum mandi Rin, belum mencuci seluruh pakaianmu dan benar-benar menjamin kalau kamu nggak bawa virus ke rumah ini”, tambahnya.
“Waalaikumsalam, Apa-apaan kamu Rin?, jangan dulu menghampiriku”, denga langkah sigap dia menghindari ku, bahkan dia tidakmengindahkan saat aku mengulurkan tangan hendak menyalaminya. “Kamu belum mandi Rin, belum mencuci seluruh pakaianmu dan benar-benar menjamin kalau kamu nggak bawa virus ke rumah ini”, tambahnya.
“Tapi mas,
aku sudah mencuci tangan sebelum pulang dan aku sempat menggunakan hand
sanitizer sebelum masuk ke dalam rumah”.
“Tatap
saja aku nggak mau ambil resiko Rin”.
“Tapi
Mas……”, belum sempat aku melanjutkan perkataan mas Rama memotongnya dengan nada
yang sedikit meninggi. “Sudah jangan membantah, aku sudah di buat pusing dengan
kedatangan pak RT dan sindiran orang-orang kampung yang bilang kalau kamu bawa
virus dari rumah sakit, jangan tambah kepusinganku dengan ngeyel seperti itu,
cepat masuk dan bersihkan badanmu”.
Aku
tidak lantas menuruti mas Rama, apa-apaan ini?. Ternyata benar yang aku dengar
tadi, seorang ibu mengatakan “Ada Virus” setelah ia melihatku.
“Mas,
Lalu apa mau mereka?
“Ya,
mereka mau kamu jangan pulang ke kampung ini dulu sampai kondisi benar-benar
kondusif”.
“Mas,
aku sehat,aku tidak sama sekali menunjukkan
bahwa aku teridikasi covid-19.”
“Orang-orang
mana mau tau Rin!,bagi mereka keberadaan kamu disini seperti sebuah ancaman.”
“Apa mas
juga berfikir begitu”
“Iya…….
Aku khawatir kamu benar-benar membawa virus itu”
“Kamu
nggak percaya sama aku Mas?’’
“Maaf Rin,”.
Mas Rama berlalu meninggalkanku.
Deras air
mataku menjatuhkan butir-butir kesakitan atas kesalahan yang tidak aku lakukan.
Ya…..karena ini bukan kesalahan, lalu kenapa aku disalahkan?.
Keren..tengah malam rilis
ReplyDeletePada kenyataannya, memang ada yang seperti itu. Mereka berjuang, mereka diacuhkan... Sungguh ironi...
ReplyDeleteIya Bu, memang faktanya banyak yang begitu. Ini pun terinspirasi dari keluhan pada tenaga medis yang disampaikan oleh nazwa Shihab di video nya... Miris..
ReplyDelete