Banyak orang bilang, jangan lagi lihat masa lalumu, nanti kamu sulit melihat masa depan yang menawarkan banyak kesempatan baik. Mungkin iya begitu, tapi dalam konteks lain ada masa lalu yang darinya kita belajar banyak hal baik pula.
Masa lalu dengan ragam kisah sederhana yang kini selalu mengundang rindu. Rindu pada banyak hal, termasuk peristiwa dan sosok-sosok di dalamnya.
Layaknya kini, saat ramadhan yang melukis kembali kerinduan pada ramadhan di masa lalu. Ketika jiwa ini belum memunculkan sisinya yang mendewasa, ketika ego masih menjadi yang terdepan, dan ketika masalah terbesar diri, hanya terletak pada bagaimana memecahkan soal matematika kelas 4 SD.
Ramadhan yang memberi kesan mendalam. Ketika waktu berbuka diisi aktifitas ngabuburit ala pedesaan dengan keliling kampung naik delman. Ketika waktu tarawih menjadi momentum paling dinanti untuk berbondong-bondong mencari shaf paling belakang, agar dapat menyimpan kwaci di bawah sejadah, dinikmati di sela-sela bertarawih (ah... keterlaluan sekali, tapi masa kecil seperti itu yang sulit hilang dari ingatan).
Dan yang paling dirindukan adalah ketika tak lagi ku dengar orang-orang berkeliling kampung untuk membangunkan sahur sebagaimana dulu itu menjadi kekhasan ramadhan kami.
Aku benar-benar merindukan saat-saat itu. Terlebih ketika kini harus berlapang dada melakukan ibadah tarawih sendiri di rumah karena soscial distancing setelah wabah yang menyerang negara api "Eh... Dunia maksudnya".
Yang jelas, sulit dijelaskan sebesar apa kerinduan yang kini terasa. Ingin kembali tapi bukan hal mudah dan nyaris tidak mungkin. Sayangnya aku tak punya mesin waktu untuk kembali ke sana dan menikmati ramadhan kala itu.
Pada masa lalu, hanya ingin ku sampaikan "Aku Rindu"
#rwcodop2020 #onedayonepost #RWCDAY2 #Ramadhan2020
No comments:
Post a Comment