id.pinterest.com/ |
Pagi ini
diawali dengan segelas kopi dan diskusi. Saat suami menemukan sebuah postingan
di salah satu akun sosial medianya terkait etika berbicara dengan orang lain.
Pada postingan tersebut disebutkan bahwa ketika seseorang berbicara lalu
ia asik dengan gadgetnya maka hal tersebut secara etika
dikatakan tidak sopan. Saya mengiyakan berdasarkan perasaan, tatkala secara pribadi
merasa tidak di dengarkan jika berbicara pada lawan yang asik dengan gadgetnya.
Di sisi lain
suami bertaya, “Dalam konteks apa hal
itu di katakan tidak sopan?”, sementara kondisi saat ini menunjukkan
banyak orang mengobrol dengan gadget di tangannya, jika bisa tetap fokus dengan
lawan bicara kenapa tidak?. Oke baik, ini lemahnya argumen yang hanya didasari
perasaaan, membuat saya berakhir pada ketidak puasan atas apa yang diutarakan. Tapi
terkait hal ini, sejak dulu saya mendapat pengajaran etika dari orang tua
termasuk di dalamnya tentang bagaimana cara berbicara dan memperlakukan lawan
berbicara.
Ibu
adalah pendengar yang baik, dengan begitu saya berkaca dari bagaimana dia memperlakukan
lawan bicaranya ketika berperan sebagai pendengar. Terbiasa dengan pemandangan itu
membuat saya akan selalu merasa diliputi perasaan bersalah ketika harus fokus
dengan ponsel sementara seseorang tengah berbicara. Dan sebaliknya jika lawan
bicara saya fokus pada ponselnya ketika kami bicara, rasanya saya sedang tidak
di dengar sekalipun lawan bicara tersebut dapat memfokuskan diri pada keduanya
di saat bersamaan.
Jika
bagi suami dalam diskusi kami, ini hanya tentang konteks apa yang dibicarakan,
mungkin jika konteksnya obrolan santai dan dengan teman-teman nongkrong di
tempat yang juga santai, boleh lah nyambi main gadget. Sementara bagi saya
pribadi apapun jenis obrolannya, apa salahnya jika kita bisa sejenak menyimpan
gadget ketika berbicara dengan orang lain. Fokus dan tanggapi lawan bicara sebagai bentuk saling menghargai sesama
manusia.
Terlepas
dari semua itu, kondisi kita saat ini, kita para millenials berhadapan langsung
dengan fakta bahwa gadget, ponsel dan apapun sebangsanya, layaknya berperan
sebagai makhluk baru yang hampir 100% sangat dibutuhkan dan menjadi lekat
dengan kita sebagai individu sosial. Bahkan dengan benda ini kita membangun
dunia baru sebagai bentuk sosialisasi di luar dunia nyata.
Dimanapun
kita dapat menemukan pemandangan orang-orang dalam sebuah komunitas, berkumpul
sembari masing-masing tertunduk pada ponselnya. Biasa dan menjadi lumrah hingga
hilang topik terkait apakah hal tersebut
sopan atau tidak. Belum selesai diskusi kami tentang ini, tapi rasanya sudah
ingin selaki menuliskannya. Sebelum saya lanjut pembahasan ini di postingan
berikutnya, Nah…. menurut kalian sendiri bagaimana?, pentingkah menyimpan
gadget dan fokus hanya pada lawan
bicara, sementara kita sedang berada pada era dimana benda-benda digital
sejenis gadget seakan berusaha menguasai segalanya?.
Sudut pandang yang berbeda dengan satu topik yang sama. Berasa diingatkan lagi sama topik yang lagi ngehits kemaren, mengenai kata '*n*j*y'.
ReplyDeleteSemangat kak!
Teknologi menyeret pergeseran peradaban yang pada nantinya akan menyeret pergeseran perilaku suatu masyarakat pula. Secanggih apapun gadget bernama smartphone tatapan mata tidak akan bisa menggantikan teknologi manapun
ReplyDeleteSering sebagai korban... Tapi tak sedikit juga tersentil. Kadang dalam forum masih sering cek wa yang masuk... Itu sebenarnya kurang baik, pendapat pribadi. Tapi kenyataannya banyak orang seperti dipasang magnet antara tangan dan gadget... Termasuk aku...Duhh... Walau tidak parah.
ReplyDeleteMasya Allah, keren tulisannya kak. Aku pribadi penting banget kita kesampingkan hp saat berbicara dengan lawan bicara. Menghargai orang lain, agar mereka bisa menghargai diri kita juga. Ditunggu tulisan selanjutnya kak 😊
ReplyDeleteDalam komunikasi 2 arah seharusnya ada ketertarikan dan kesamaan tujuan antara 2 insan tersebut. Jika salah satu bermain gadget yang tidak ada hubungannya dengan percakapan atau tanpa ada keperluan khusus. Berarti orang tersebut tidak tertarik untuk berkomunikasi. Menurutku sih begitu. Jatuhnya aku akan menganggap orang itu nggak sopan, attitudenya buruk, etika rendah. duh kok jelek-jelek hahaha
ReplyDelete