google.com |
Oke baik, ini pertama kalinya saya mereview film dalam blog ini. Perlu sedikit ekstra meningkatkan insting untuk memaknai maksud sebuah film. Berusaha pula melihat berbagai sudut pandang dari setiap adegan, menemukan kesimpulan hingga menontonnya secara berulang-ulang.
Film pertama adalah film bergenre comedy dengan daya tarik kehidupan perempuan masa kini. Filmakhir-akhir ini viral dan banyak menjadi perbincangan, mencoba mengangkat isu sosial yang lekat dengan kehidupan masyarakat pada umumnya, film pendek berdurasi 32 menit ini menceritakan tentang masyarakat Jawa dalam tradisi menjenguk orang sakit yang disebut dengan istilah tilik.
Dikisahkan beberapa ibu-ibu di sebuah desa hendak menjenguk ibu Lurahnya yang tengah di rawat di rumah sakit. Perjalanan cukup jauh menuju rumah sakit membuat para wanita paruh baya itu menghabiskan waktu dengan berbincang di atas mobil truk terbuka selama perjalanan.
Film ini sangat kental gambaran realitas kehidupan ibu-ibu kebanyakan dengan aktivitas ngerumpinya.
Bu Tejo salah satu tokoh dalam film tersebut berperan sebagai sosok yang mengawali cerita tilik. Membuka perbincangan dengan opininya tentang Dian, Bu Tejo berhasil membuka gerbang bagi lebih banyak opini dari ibu-ibu yang lain. Jadilah gambaran suasana yang tak asing banyak kita temukan dalam kehidupan nyata .
Sutradara Tilik yakni Wahyu Agung Prasetyo berusaha mengangkat isu sosial di masyarakat terkait maraknya penyebaran hoax menjelang pemilihan presiden 2019 lalu. Potret itu mendorongnya untuk menciptakan sebuah tontonan yang relevan dengan kondisi tersebut. Pun dalam film ini diketahui di akhir cerita, bagaimana dampak dari tidak memilih dan memilah datangnya sebuah informasi.
google.com |
Kondisi serupa juga hadir dalam film pendek besutan sutradara kelahiran Inggris David Firth. Bertajuk Cream, film berdurasi sekitar 10 ini juga berisi tentang isu sosial di masyarakat. Cenderung lebih kompleks pada dasarennya film ini merupakan upaya mengkritisi kehidupan masyarakat modern dewasa ini.
Cenderung lebih politis dan berbau konspirasi, Firth memperkenalkan karyanya yang menceritakan tentang seorang ilmuan bernama Dr. Bellifer yang selama bertahun tahun memisahkan, merenggang partikel terdistorsi hingga akhirnya mengungkapkan produknya yang revolusioner yakni "Cream". Sebuah krim yang memiliki kekuatan untuk mengatasi segala permasalahan di dunia.
Bagaimana tidak?, krim ini di buat untuk memperbaiki dunia. Melepaskan dunia dari belenggu ketakutan hingga kelaparan bahkan krim tersebut diformulasikan untuk menduplikasi dirinya sendiri.
Namun hal tersebut tak bertahan lama, semacam ada konspirasi pihak lain saat Cream berada di atas awan. Pemberitaan terkait prodak tersebut berbalik dan menyerang pihak Dr. Bellifer untuk menghancurkan Cream di mata masyarakat.
Dari film Tilik dan Cream tersebut kita dapat melihat satu sisi yang sama dimana keduanya mengangkat isu sosial sebagai inti dari cerita. Terlepas dari konflik yang di hadirkan memang sangat jelas berbeda. Semoga kita dapat mengambil apapun pesan yang di sampaikan ke dua film tersebut.
yang menjadi bikin aku tercengang dalam film cream ini adalah adanya proses duplikasi, wow ajaa
ReplyDeleteJadi nggak perlu ada proses produksi kan ya kalo gitu, si cream bisa duplikasi dirinya sendiri juga
DeleteSetuju sama kakak..
ReplyDeleteMantap kk
ReplyDeleteMakasiiihhh..
DeleteMasih penasaran, apa bahan baku cream itu
ReplyDeleteFilm Cream sih yang agak serem. Memperbaiki berbagai masalah, sekaligus menciptakan masalah baru. Luar biasa banget pokoknya.
ReplyDeleteYang nggak masuk akal, adalah bagaimana cream memperbaiki masalah genetik, mengembalikan yang hilang dan mengadakan yang nggak ada
DeleteSaya baru tonton film "tilik" keren banget ya... hehe natural
ReplyDeleteBetul, semoga kita dapat mengambil pesan yang terkandung di dalam kedua film tsb, mantap kak!
ReplyDeleteMariiii sama sama mengambil hikmah ...
DeleteKarena film itu adalah reka adegan dunia. Banyak isu sosial yang akhirnya bisa jadi hiburan yang mendidik. Suka sih kalau nemu film model begini.
ReplyDeleteBahasanya bagus dan tidak bertele-tele.
ReplyDeleteBu Tejo sang pembuka gerbang hmm
ReplyDeletesetuju kak, saya juga mempunyai pandangan yang kurang lebih sama dengan kakak.
ReplyDeleteBagaimana keduanya mengangkat tentang isu sosial.
Bagus banget pilihan kata-katanya. Oh ya film ini emang tak jauh dari gambaran kehidupan masyarakat sekarang ya
ReplyDeletecuma satu yang gak bisa dilakukan cream. mengalahkan media! hohohoho
ReplyDeleteWah iya,, film krim sarat konspirasi banget
ReplyDeletesaya gak paham tetapi film itu bermakna dan seneng tulisan teman2 menginspirasi saya
ReplyDeleteKalau nggak ada tugas mereveiw, aku tidak mungkin nonton Cream. Tilik juga baru nonton karena tugas hehehe..Reviewnya bagus mbaa. Semangaattt
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteAnalisis yang menarik, Kak. Keren sih sudut pandangnya
ReplyDeleteCream seru banget, perlu berulang kali nonton baru paham hihi
ReplyDeleteDua film yang menarik untuk diulas. Sarat akan makna. Bagus kak ulasannya. Aku suka.
ReplyDeletefilm yang penuh dengan nilai-nilai kehidupan
ReplyDeleteBu Tedjo, reprentasi ibu-ibu pada umumnya, teu di mana teu di mana, sami-sami resep ngagosip nya teh :)
ReplyDeletemantap kakk. lanjutkan yaaa
ReplyDelete