Mengurai
cerita dari satu sisi kehidupan yakni keluarga. Dua tahun lalu jika tak salah, saya sempat
menulis tentang mereka di sosial media,
di sematkan beberapa foto family camp pertama kami sebelum saya menikah satu
tahun setelahnya. Selepas itu masih banyak tulisan-tulisan saya yang di
dalamnya menceritakan keluarga.
Kenapa
sih seneng banget nulis topik itu?. seandainya ada pertanyaan semacam itu, satu
hal saja yang ingin saya katakan “Keluarga adalah tempat kembali”, selalu ada
kalimat itu di beberapa tulisan saya tentang kelurga. Ini hanya dalam konteks berkehidupan di dunia,
karena hakikatnya satu-satunya tempat kembali adalah Allah SWT.
Seberapa buruk dan seberapa sulit tekanan yang kita hadapi keluarga selalu memiliki kelapangan membuka hati untuk senantiasa menerima kita kembali. Saya tau betul bagaimana mereka memiliki kelapangan hati untuk senantiasa menadampingi dikala sedih, memberi support terbaik kala terjatuh, mengingatkan ketika kita melakukan kekeliruan. Dan aku melewati fase itu hingga menyadari betapa berharga nya kehadiran mereka
Ketidak
mampuan mengelola ketiganya dengan baik, serta labilitas dan ego yang masih
mendominasi diri. Kala itu saya
benar-benar pernah berada pada problematika kehidupan yang membuat saya
mengisolasi diri dari keluarga. Keegoisan tak mendasar membuat saya menjadi
pribadi yang merasa diri ini paling benar. Nah loh…… serius dalam kondisi ini
aku kerepotan banget.
Kisah
cinta yang hanya memikirkan perasaan saya saat itu, adalah salah satu yang
mengawali semua problem di masa lalu. Sedang dalam kondisi begitu mengagumi
seseorang , saya memilih menutup telinga atas apa yang keluarga sampaikan.
Saran, petuah, dan komunikasi baik yang
berusaha mereka lakukan dengan baik, seakan menjadi bola api yang akan dengan
cepat saya lempar karena rasa panasnya.
Saya
lupa akan posisi mereka sebagai orang terdekat dan paling mengerti ketimbang
siapa yang saya berusaha perjuangkan. Saya lupa mereka menyadari kerasnya hati
ini, tapi tetap berusaha melindungi. Saya lupa pada akhirnya benar-benar pada
mereka diri ini kembali untuk sebuah penerimaan.
Telah
tiba saat saya terjatuh, saat itu aku mengerti mereka tetaplah paling mengerti
dan kapan pun senantiasa menerima kita kembali.
No comments:
Post a Comment